Ramadhan, Syahrut Tarbiyah

Oleh Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, MA. (Rektor UIN Ar-Raniry, Banda Aceh)

aceh.tribunnews.com| Puasa di bulan Ramadhan dapat diibaratkan sebagai satu sekolah khusus yang ajaran barunya selalu dibuka setiap tahun, dengan tujuan pendidikan praktis yang terformulasi dalam suatu kurikulum spesial agar ia dapat lulus dengan menyandang gelar muttaqin. Dengan gelar muttaqin itulah orang akan mendapatkan jaminan ampunan dari Allah Swt dan terbebas dari api neraka.

Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah Swt, niscaya Allah mengampuni dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa melakukan amal ibadah tambahan (sunah) di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah Swt, maka ia akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari Muslim).

Makanya bulan Ramadhan disebut juga sebagai syahrul at tarbiyah (bulan pendidikan), yang lingkup pendidikannya sangat luas, baik menyangkut tarbiyah jasadiyah, tarbiyah fikriyah, maupun tarbiyah qalbiyah. Proses pendidikan itu berlangsung selama sebulan penuh, dan bagi mereka yang lulus, maka disebut sebagai seorang yang bertakwa.

Raghib As-Sirjani dalam kitabnya Ramadhan wa Bina’ul Ummah mengatakan, ada beberapa keistimewaan pendidikan dalam puasa Ramadhan, antara lain: Pertama, Ramadhan dapat mendidik kaum muslimin untuk memenuhi perintah-perintah Allah Swt secara totalitas, makanya sangat tidak pantas seorang muslim jika selesai Ramadhan ketika mendengar satu hukum Allah Swt, atau mengetahui satu hukum Rasulullah saw, ia memperdebatkannya.

Kedua, Ramadhan mendidik kaum muslimin agar dapat memelihara syahwat, sehingga seseorang yang telah mendapatkan pendidikan Ramadhan, maka ia akan lebih mampu untuk menahan diri dari syahwat yang berlebihan dan tidak terkontrol. Ketiga, Ramadhan mendidik kaum muslimin agar mampu mengendalikan sifat terburu nafsu serta memiliki kesanggupan untuk menahan amarah. 

Rasulullah saw bersabda: “Allah Swt berfirman, setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Karena, sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Maka, apabila salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, bersuara tidak pantas, dan tidak mau tahu. Lantas jika ada seseorang yang menghinanya atau memeranginya (mengajaknya berkelahi), maka hendaklah ia mengatakan, sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari Muslim).

Keempat, Ramadhan mendidik kaum muslimin untuk senang berinfak. Ramadhan mampu membentuk jiwa orang yang berpuasa menjadi dermawan dengan memberikan kebaikan kepada orang lain. Kelima, Ramadhan mendidik kaum muslimin agar memiliki rasa persatuan, persaudaraan, dan kasih sayang, tidak saling memfitnah, bercerai-berai dan mengedepankan konflik antarsesama umat.

Keenam, Ramadhan mendidik kaum muslimin merasakan penderitaan dan kesulitan orang lain, sebagaimana yang dikatakan Ibnu Qayyim: “Puasa dapat mengingatkan bagaimana rasanya perut keroncongan dan dahaga yang membakar dan sering dirasakan para fakir miskin.” Sehingga, di saat ia melihat orang lain serba kekurangan, maka tersentuhlah hatinya untuk berbagi kepada mereka.

Dan, ketujuh, Ramadhan mendidik ketakwaan dalam hati kaum muslimin. Dengan kehadiran Allah Swt dalam setiap aktivitas dan perilakunya, maka orang tersebut akan senantiasa terbimbing dari perbuatan-perbuatan yang dilarangNya. Setelah sebulan penuh dididik Ramadhan, ilmu pun didapat, maka langkah selanjutnya adalah mengamalkannya di 11 bulan berikutnya. 

Islam menginginkan orang yang berilmu mengamalkan ilmunya demi kebaikan diri dan orang lain. Ilmu pada seseorang ibarat sebatang pohon dan amal sebagai buahnya. Perintah belajar dan menuntut ilmu bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas amal muslim. Dengan amal itu pula, muslim memperoleh kebahagiaan di dunia dan selamat di akhirat.
Share on Google Plus

About KUA Blang Mangat

0 komentar:

Posting Komentar